Selasa, 11 Maret 2014

Sejarah Pendidikan Islam Indonesia

Sejarah pendidikan Islam masa Ordonansi Guru(Teacher Ordonance)di Indonesia
Pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda.
Dari
(Dr. H. Maksum.1999, Madrassah Sejarah dan Perkembangannya.
Jakarta : Logos Wacana Ilmu)

Oleh : Oman Abdurrohman
            Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, madrasah yang merupakan sebagai lembaga pendidikan, sudah mulai muncul sebagai semangat pembaharuan ummat Islam di Indonesia. Selain itu juga lembaga pendidikan ini juga dibentuk karena pada saat itu umat Islam menganggap bahwa pendidikan tradisional yang sudah ada pada saat iti dianggap masih terbelakang dan tidak bisa mengimbangi perkemabnagan zaman, sedangkan pengajaran yang dilakukan oleh pengajar Belanda lebih mengarah ke arah sekularisme agama, sehingga dengan latar belakang seperti itu rakyat Islam Indonesia bersemangat untuk mendirikan lembaga pendidikan Madrasah sebagai lembaga pendidikan islam pada masa itu.
            Namun hal ini oleh pemerintah belanda dipandang sebagai lembaga yang sangat mengkhawatirkan mereka, dimana dalam pendidikan itu dicurigai berpotensi menimbulkan pergerakan militansi kaum muslimin terpelajar. Dengan anggapan seperti itu pada 1905, pemerintah Belanda mengeluarkan salah satu kebijakan kepada masyarakat Indonesia dalam hal pendidikan Islam yaitu dengan diberlakukanya Ordonansi guru. Kebijakan ini mewajibkan guru-guru agama untuk memiliki surat izin dari pemerintah Belanda. Sehingga tidak semua guru agama walupun dianggap mampu mengajar agama dapat mengajar bahkan seorang kiai sekalipun. Hal ini memang karena pemerintah belanda sudah pernah direpotkan oleh perlawanan rakyat yang dipicu dari pendidikan agama yang mereka miliki.
            Ordonansi guru ini dianggap oleh masyarakat umat Muslim Indonesia sangat memberatkan bahkan kebijakan ini dinilai akan menghapuskan peran-peran Islam pada masyarakat Indonesia. Tentu hal ini akan menimbulkan reaksi negatif bagi masyarakat pada masa selanjutnya.
            Dalam perkembangannya, ordonansi guru itu sendiri mengalami perubahan dari keharusan guru agama mendapatkan seurat izin dari pemerintah Belanda, pada 1925 menjadi keharusan guru agama cukup dengan melapor dan memberitahu saja. Perubahan ordonansi guru ini diberlakukan secara luas di berbagai wilayah.
            Namun demikian, ordonansi guru pun masih seringkali disalahgunakan oleh pemerintah lokal untuk menghambat pendidikan Islam atau menghambat perkembangan agama islam. Seperti halnya ketika pendirian Madrasah Muhammadiyah yang tiba-tiba dilarang oleh pemerintah belanda meskipunn sebelumnya mereka sudah melapor kepada pemerintah setempat.
            Selain menetapkan ordonansi guru, pemerintah Belanda juga memberlakukan ordonansi sekolah liar. Ketentuan ini mengatur bahwa penyelenggaraan pendidikan herus terlebih dahulu harus melapor dan  mendapatkan izin dari pemerintah belanda. Laporan-laporan mengenai kelengkapan dan kurikulum mengajar harus dilaporkan secara berkala. Dan sering kali kebijakan ini dijadikan alasan Belanda untuk menghentikan perkembangan pendidikan di Indonesia terutama pendidikan yang berbasis agama Islam, yaitu dengan menutup sekolah yang dinilai tidak memiliki kelengkapann dan kurikulum yang sesuai dengan yang diinginkan Belanda.
            Secara praktis ordonansi-ordonanisi adalah faktor dari tidak berkembangnya pendidikan pada masa itu. Tentu saja dari kesemua itu menimbulkan reaksi dari masyarakat Islam di Indonesia mengenai ordonansi-ordonansi ini. Di antara bentuk reaksi ini adalah. Defensif dan progessrif. Corak dofensif ditunjukan dengan mengihindari sejauh mungkin penngaruh dari pemerintah Belanda terhadap pendidikan Islam, terlihat dari sisitem pendidikan pesantren yang sepenuhnya mengambil jarak denga pemerintah penjajah, sehingga merupakan hal yang wajar jika pesantren banyak ditemui berada di tempat-tempat terpencil. Maka dengan cara ini pesantern dapat mengembangkan kurikulumnya sendiri yang pada umumnya berorientasi pada pendidikan mental dan agama. Pesantren dalm hal ini memposisikan diri sebagai pendidikan yang menjadi benteng dari perhanan umta Islam di Indonesia. Pada posisi defensif ini pesantren pada kenyataanya merupakan lembaga pendidikan yang bebas dari campur tangan pemerintah Belanda.
            Sedangkan reaksi yang bersifat progresif ialah reaksi yang menganggap bahwa tekanan yang diberikan pemerintah Belanda ini merupakan tindakan diskriminatif. Maka dalam hal ini umta Islam berusah menyetarakan keududkannya agar sejajar baik dari sudut kelembagaan maupun dari sudut kurikulum. Bergantung pada kebijakan pemerintah belanda hanya akan memebuta semakin menurunya pendidikan Islam dan perkembangan agama Islam di Indonesia. Seblaiknya reaksi defensif jika dilakukan terus menerus dengan menggunakan pendidikan tradisional pesantren hanya akan membrikan ruang bagi Belanda untuk terus mengembangkan pendidikan modernnya di Indonesia.

Maka dari itu untuk mengatasi masalah ini deperlukan upaya untuk mendirikan lembaga pendidikan yang mandiri yang dapat mencetak pelajar-pelajar yang setara dengan pelajar keuluaran ala sekloah Belanda namun dengan nilai-nilai Islam yang tidak terhilangkan tapi bahkan bertambah kuat. Wujud kongkrit dari upaya ini adalah tumbuh dan berkembangnya sekolah-sekolah Islam atau Madrasah di berbagai wilayah baik di Jawa maupun di luar Jawa.

Senin, 02 Desember 2013

Budaya islam di sebagian pulau jawa

Berikut merupakan hasil laporan observasi teman kuliah saya mengenai salah satu kebudayaan islam yang ada di Indonesia.
 
Kebudayaan Harlah/Khaol Hadiu di Desa Langut Kabupaten Indramayu
            Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Begitu banyak kebudayaan yang ada pada masyarakat, terutama yakni masyarakat pedesaan. Kehidupan yang masih bergantung pada masyarakat lainnya, tidak berfikir individualis dan masyarakat pedesaan sangat mengunggulkan kebersamaannya. Diantara hasil dari kebudayaan masyarakat yakni budaya Khaol Hadiu yang bertempat di desa Langut kabupaten Indramayu. Apakah kebudayaan Khaol Hadiu itu?, Bagaimanakah sejarahnya sehingga masyarakat desa Langut melakukan kebudayaan tersebut?, adakah akulturasi dari kebudayaan Khaol Hadiu ini? sangat banyak pertanyaan sehingga kita sangat penasaran mengenai kebuadayaan Khaol Hadiu ini.
            Khaol Hadiu yakni kebudayaan masyarakat desa Langut, yang di selenggarakan pada bulan sya’ban atau sebelum bulan puasa, dan juga diselenggarakan setelah dilaksanakannya  Khaol Hadiu di daerah Babakan. Karena Khaol Hadiu yang pertama kali menyelenggarakannya yaitu oleh Ki Amin Sepuh dari Madinah yang pertamakali dikembangkan di daerah Babakan. Kemudian di kembangkan dan di sebarluaskan lagi oleh Ki Mahdor selaku muridnya sehingga Khaol Hadiu tersebut diselenggarakan di desa Langut. Setelah meninggalnya ki Mahdor dilanjutkan oleh putra dari ki Amin Sepuh yakni ki Amin Halim, setelah itu ki Amin Halim meninggal di gantikan lagi oleh anaknya yaitu ki Jamjami sampai sekarang. Kapan pertama kali Khaol ini diselenggarakan, yaitu pada tahun 1966. Menyangkut sejarah pada tahun tersebut yaitu setelah terjadinya peristiwa PKI, takut akan peristiwa yang dialami para ulama tahun 1948 yakni pembantaian ulama-ulama di madiun oleh PKI, sehingga ki Amin Sepuh menyelenggarakan doa dan dzikir bersama sekaligus tahlilan yakni di tempat pemakaman umum. Karena Khaol ini di selenggarakan di tempat pemakaman, tujuannya yakni agar mendapatkan hijib atau karomahnya para arwah yang sudah meninggal, akan tetapi yang utama dan lebih utama memohon dan meminta perlindungan ini yaitu kepada Allah SWT. 
            Menyangkut tentang mendoakan orang yang sudah meninggal, karena mayoritas masyarakat desa Langut ini beraliran Aswaja atau Ahlussunah Wal Jama’ah atau lebih spesifiknya golongan Nahdiyin atau Nahdhatul Ulama, jadi dalam hal mendoakan orang yang sudah meninggal tidak ada suatu permasalahan mengenai pertentangan atau perbedaan pemikiran terhadap yang bukan golongan Nahdiyin ini.
            Selain tujuan yang utama pada saat pertamakali acara khaol ini untuk berjaga-jaga pada saat pembrontakan PKI, Khaol Hadiu juga ingin merubah kebudayaan didesa langut yakni acara Munjungan yang merupakan acara yang hampir sama dengan Khaol Hadiu yakni mendoakan keluraga yang sudah meninggal, dan acaranya bertempat di pemakaman, namun ada beberapa hal sehingga bagi orang NU merubah secara tidak langsung, bagi orang NU tidak menganjurkan untuk mengharamkan atau membrantas acara tersebut sehingga masyarakat nanti akan meninggalakan acara tersebut, namun orang NU merubah metode penyampaiannya yakni dalam acara munjungan ada ritualnya seperti membawa nasi tumpeng ke pemakaman dan ada acara hiburan dimana bagi orang NU tidak layak untuk dilakukan bagi kaum muslimin yaitu acara hiburan music yaitu organ tunggal, tari topeng, hingga wayang kulit yang di selenggarakan dipemakan tersebut.
            Dengan adanya ritual yang seperti itu bagi golongan NU tidak bisa menerima dan mengikuti ritual Munjungan tersebut, namun golongan NU berusa merubah pemikiran dan ritualnya dengan adanya Khaol Hadiu ini.
            Namun dari segi bacaan ada perubahan teknik anatara bacaan yang disampaikan pendiri Khaol Hadiu yaitu Ki Amin Sepuh dengan Ki Mahdor. Dari Ki Amin bacaannya yaitu Ilahadrotin,  hadiah al- Fatihah, kemudian Dzikir. Namun dari Ki Mahdor hadiah Fatihah, Dzikir, kemudian baru Ilahadrotin. Dan sampai sekarang yang digunakan yaitu teknik pembacaannya dari Ki Mahdor.
            Pada saat awal diselenggarakannya Khaol, harus memenuhi persyaratan yakni jumlah pengikutnya harus mencapai 80 orang. Jika belum mencapai jumlah tersebut belum bisa diselenggarakannya acara khaol ini. Sumber yang didapatkan yakni oleh Bapak Ust. Drs. Najmudin, yaitu selaku ustadz dan salah satu tokoh di desa Langut tersebut.
            Selanjutnya yaitu mengenai Hadiu, Hadiu diselenggarakan di suatu masjid, mushola, atau pun perumahan. Acaranya pun selain diselenggarakan setelah Khaol, Hadiu biasanya selalu diselenggarakan setiap minggunya, yakni pada malam jumat bagi para bapak-bapak dan malam senin untuk para ibu-ibu.
            Selain Tujuan-tujuan  Khaol Hadiu di atas pada awalnya yakni untuk meminta pertolongan dari allah, melalui karomah dari para arwah yang sudah meninggal. Akan tetapi sekarang berubah tujuan, yakni memohon dan meminta rahmat dari allah agar di mudahkan rezekinya.
            Khaol Hadiu di desa langut menggambarkan suatu tingkah laku masyarakat yang  dominan religious, karena masyarakat desa langut juga lebih dikenal sebagai masyarakat yang mayoritas penduduknya yakni para kiai dan ustadz. Karena riwayat pendidikan masyarakat desa langut kebanyakan lebih menuju ke pesantren yakni sekolah yang berbasis agama.
           
 
 

Sabtu, 30 November 2013

Kehidupan masyarakat sunda pada masa kerajaan sunda/ancient sundanes

   

          Berikut merupakan makalah mengenai sistem  masyarakat sunda yang telah saya sampaikan pada forum perkuliahan sejarah budaya Indonesia fakultas adab humaniora Universitas Islam sunan gunung djati Bandung


PENDAHULUAN

Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang cinta damai, selama pemerintahannya tidak melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan Sunda telah melahirkan kerajaan- kerajaan besar di Nusantara diantaranya Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, dan lain-lainya.

Dengan cara hidup masyarakat kerajaan yang bercocok tanam dan tinggal lama di satu tempat memberi kemungkinan bagi perkembangan kehidupan lebih jauh dalam aneka macam bidang, seperti ekonomi, organisasi sosial, kesenian, dan kepercayaan. Dengan adanya waktu luang yang cukup lama antara musim tanam dengan musim panen, mereka melakukankegiatan yang berguna bagi ekonomi mereka, seperti mmbuat kerajinan tangan, memelihara ternak dan berdagang. Organisasi sosial lahir karna adanya ikatan hubungan antarindividu, antarkeluarga, dan antar kelompok yang begitu besar.

Kemudian dari system kepercayaan, pemujaan terhadap arwah nenek moyang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat masa itu dan masyarakat Sunda. Buktinya dengan adanya kompleks bangunan mangalitik tempat pemujaan arwah nenek moyang (leluhur), bahkan sampai sekarang kepercayaan itu masih hidup, walaupun sedikit yang memepecayainya. Bangunan mangalitik ini tersebar secara merata secara merata di wilayah Tanah Sunda, terutama di wilayah dataran tinggi dan pegunungan  yang terletak di bagian tengah dan selatan.

Berangkat dari apa yang telah kami sampaikan di atas maka kami mencoba untuk sedikit menguraikan bagaimana kehidupan masyarakat Sunda pada masa-masa kerajaan di Sunda.







A.    Sistim Pemerintahan masyarakat

1.      Pemerintahan Kerajaan Sunda 

Pada mulanya Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh merupakan bagian dri kerajaan Tarumanegara. Kedua kerajaan tersebut didirikan pada waktu hamper bersamaan sekitar akhir abad ke-7 dan menempuh perjalanan bersama-sama dalam suasana damai, konflik, dan bergabung silih berganti. Walaupun bersmaan akan tetapi kerajaan Galuh masih di bawah kepemimpinan Kerajaan Sunda.

Sebagai lanjutan Kerajaan Tarumanegara, bentuk Negara Galuh dan Sunda adalah Kerajaan dan sistim pemerintahannya seperti bentuk federasi pada masa sekarang. Pada masa Tarumanegara hanya ada satu kerajaan pusat, yaitu kerajaan Tarumanegara, sedangkan pada masa Galuh dan Sunda ada dua kerajaan pusat, yaitu kerajaan Galuh dan Sunda, dengan catatan bahwa dalam beberpa periode keduanya berabung menjadi satu.

Dilihat dari sifat pemerintahannya, dapat dibedakan tiga macam bentuk kerajaan bawahan di wilayah Kerajaan Sunda dan Kerajaa Galuh, yaitu :

a.       Kerajaan bawahan biasa yang melaksanakan pemerintahan dengan dipimpin oleh raja bawahan

b.      Kerajaan yang bersifat keagamaan yang dipimpin oleh rajaresi dan aktivitas pemerintahannya banyak yang bernuansa keagamaan,

c.       Daerah kabuyutan (mandala, perdikan) yang dipimpin oleh seorang wiku dan aktivitasnya hamper seluruhnya merupakan kegiatan keagamaan.[1]

Secara garis besar dapat dibedakan dua macam pemimpin. Pertama, pemimpin yang bertugas mengelola Negara dan rakyatnya. Mereka disebut tohaan, ratu, raja, haji, maharaja serta para pembantunya seperti patih, mangkubumi, mantri, wado. Kedua,pemimpin yang mengurus wilayah dan kegiatan keagamaan, mereka disebut rajaresi, bagawat resi.

Adapun struktur pemerintahannya, pertama-tama dibedakan atas pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat membawahi sejumlah kerajaan kecil (kerajaan bawahan) di daerah-daeah. Pemerintah pusat dipimpin oleh raja yang disebut atau bergelar Prabu atau Maharaja, sedangkan pemerintah di daerah kerajaan bawahan dipimpin oleh raja yang sering disebut gelarnya rakean, rakryan.

2.      Masyarakat desa dan kota

a.      Perkembangan masyarakat desa pada masa kerajaan Sunda

         Pada masa pengaruh kebudayaan hindu, istilah desa sudah dikenal oleh masyarakat Sunda terbukti istilah tersebut terdapat pada prasasti kawali dan naskah keropak 632. Baik pada prasasti maupun pada naskah keropak 632, istilah desa memiliki pengertian yang berbeda dengan pengertian istilah desa pada masa sekarang. Pada masa itu istilah desa mengandung pengertian negara atau negeri seperti yang terdapat prasasti kawali yang tertulis “... mu maju sagala desa...” yang berarti “... yang memperkuat segala desa...” ( Atmamihardja :1960 : 54 ) dan dalam naskah keropak  “ ...ti darat ti laut, ti barat  ti timur sakuliling desa “  yang berarti “ ...dari darat dari laut, dari barat dari timur sekeliling negeri...” serta “..., marapan atis ikang desa...”  yang berarti “..., agar aman sentosa seluruh negeri...” (Danasasmita : 1981 : 119)

        Sedangkan istilah desa yang mengandung pengertian kurang lebih sama dengan pengertian desa sekarang terdapat dalam naskah yang berasal dari Cirebon. Istilah itu digunakan bersama-sama dan mengandung pengertian hampir sama dengan istilah dukuh atau padukuhan (Ekadjati :1987 : 76-77).

        Pada mulanya desa terbentuk dengan persekutuan adat, sehingga biasa disebut dengan desa adat. Pernyataan itu terdapat dalam istilah Sunda yang mengatakan “ ciri sabumi, cara sadesa”  yang berarti setiap desa memiliki adat masing-masing. Dalam kedudukanya sebagai desa adat, maka desa merupakan lembaga otonom, yaitu suatu lembaga yang dapat mengatur diri sendiri, dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan mengurus rumah tangga sendiri. Karena itu desa bukan hanya merupakan kesatuan hukum melainkan juga kesatuan sosial, kesatuan ekonomi, tegasnya merupakan kesatuan hidup manusia atau dengan kata lain merupakan suatu kesatuan kebudayaan.

b.      Perkembangan masyarakat kerajaan menuju masyarakat kota

          Sebagaimana di wilayah-wilayah lain di kepulauan nusantara(Indonesia), kebudayaan masyarakat Jawa barat yang berintikan kebudayaan Sunda berititik-tolak dari ciri kehidupan desa, kemudian pada lingkungan-lingkungan masyarakat tertentu, terutama di lingkungan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan, berkembang menuju ke arah corak kehidupan kota.

Pada masa kerajaan juga, terdapat ibukota sebagai pusat pemerintahan kerajaan seperti  pakuan pajajaran dan beberapa kota  di sepanjang pesisir pelabuhan utara seperti Banten, pontang, cikande, Karawang, Cirebon dan cimanuk. Namun kehidupan kota tersebut tidak berkembang secara berlanjut pada abad-abad berikutnya kecuali kalapa yang nantinya menjadi Jayakarta dan berubah menjadi Batavia dan akhirnya Jakarta sampai saat ini dan juga kota Cirebon yang sampai saat ini masih ada keberadaanya.

B.     Organisasi sosial

Organisasi yang muncul pada masa kerajaan Sunda ialah organisasi yang bersifat tradisional,


Organisasi tradisional muncul dalam masyarakat desa di Jawa barat, cenderung sebagai hasil dari inisiatif dan kreatif masyarakat desa itu yang didorong oleh kebutuhan mereka dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh mereka sendiri. Dengan kata lain, lahirnya organisasi tradisional merupakan jawaban masyarakat desa terhadap tantangan yang timbul di dalam masyarakat desa itu sendiri (Ekadjati : 2009 :198) .


          Tanah dan pertanian adalah dua hal yang sangat menonjol dalam kehidupan masyarakat desa. Kegiatan pertanian sering melibatkan dua pihak yang berlainan, yaitu pemilik tanah dan penggarap tanah. Sehubungan adanya hal demikian, terbentuklah organisasi sosial yang mengatur hubungan antara tanah, pemilik tanah dan penggarap tanah atas persetujuan dua belah pihak. Perubahan besar dalam kehidupan masyarakat bisa diikuti oleh aturan main organisasi sosial tersebut.

Sejak kesultanan Banten (pertengahan abad ke-16) telah terbentuk hubungan antara sultan sebagai pemilik sawah nagara dengan para petanai sebagai penggarap dari sawah tersebut. Para petani yang terdiri atas orang mardika (orang yang suka rela masuk islam pada awal berdirinya kesultanan Banten, sehingga diakui sebagai warga negara penuh dan mendapatkan kebebasan hidup) dan abdi (orang yang tidak mau masuk islam pada awal berdirinya kesultanan Banten sehingga dijadikan budak atau hamba) dibagi garapan sawah nagara tetapi diwajibkan membayar upeti kepada pemilik sawah(sultan) sebesar sepersepuluh dari hasilnya dan juga melakukan kerja bakti (pancen) untuk kepentingan sultan. Ketika sebagian sawah itu dibagi-bagikan hak miliknya kepada kerabat sultan dan pejabat kesultanan Banten, maka ikatan  hubungan dengan para petani sehubungan dengan tanah garapanya diperluas dengan para pemilik tanah yang baru (Ekadjati :2009 :199).

C.    Sistem Perekonomian

Dilihat dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan tingkat peradaban pada mansia itu, kelima jenis kegitan penghidupan ekonomi manusia sunda tersebut sangat mungkin dilakukan. Pertanian dan peternakan adalah jenis kegiatan ekonomi paling mendasar dalam kehidupan manusia, karena berhubungan langsung dengan alam yang telah tersedia. Pencaharian pokok masyarakat Sunda masa itu bertumpu pada kegiatan pertanian ladang, memang istilah sawah sudah dikenal oleh orang Sunda masa itu, namun belum jelas. Ternyata perkembangan kehidupan perekonomian tersebut merupakan titik puncak tertinggi, karena pada masa pemerintahan raja-raja Sunda selanjutnya.

D.    Sistem mata pencaharian

1.      Mata pencaharian sawah

     Pada masyarakat Sunda zaman kerajaan  baru mengenal istilah sawah seperti yang disebutkan pada dua naskah Sunda lama yaitu naskah Carita Parahiyangan dan naskah anghyang siksakanda.  Dalam konteks Carita Parahyangan di dalam keropak 406 istilah sawah bukan dalam pengertian sawah pada masa sekarang melainkan bermakna tempat  dipusarakan raja, “ Prabu ratu dewata, Ina mu surup ka sawah tampian Dale “  yang berarti “  Prabu Ratu Dewata, beliau yang dipusarakan di sawah tampian dalem “ (Atja : 1968 :33). Kemudian dalam konteks Sanghiyang siksakanda, dengan konteks menunjukan lahan pertanian dan disebutkan bersama-sama dengan kata Gaga( lahan), sérang agung (ladang atau sawah yang hasilnya untuk kepentingan umum atau bisa juga berarti ladang atau sawah jabatan).

     Dilihat dari konteks keseluruhan isi naskah terutama pada naskah Carita Parahyangan, jelas bahwa kegiatan pertanian dengan sistem sawah bukan hal yang sudah biasa, melainkan baru pada tingkat berkenalan atau tingkat dianjurkan. Sedangkan kegiatan pertanian dengan sistem sawah baru digunakan secara nyata pada masa awal kerajaan islam di Sunda ataupun di Jawa barat dengan pusat kekuatan di Cirebon dan Banten. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya daerah pesisir utara Banten diupayakan untuk mencetak sawah-sawah baru dengan mengerahkan tenaga rakyat, begitu pula di daerah Cirebon dibuka area persawahan yang luas (Chijs : 1880 :252)

     Menurut tradisi lokal, adipati kertabumi bersama pengikutnya merupakan kelompok pertama yang membuka lahan persawahan di daerah Karawang atas perintah sultan Mataram pada awal abad ke-17M (Widjajakoesoema : 1937 : 278-305). Pembukaan sawah itu dimaksudkan untuk menyediakan bahan makanan terutama padi untuk tentara Mataram yang direncanakan akan menyerang Batavia.
2. Masyarakat Ladang


Masyarakat ladang merupakan titik tumpu dari perekonomian masyarakat kerajaan sunda. Karena pada masa ini, mata pencaharian yang sangat memungkinkan bagi masyarakat ialah berladang, yaitu dengan di dukung oleh keadaan geografisnya yang cukup baik digunakan untuk berladang dan juga kondisi alam yang hampir seluruhnya adalah wilayah tropis sehingga tanah menjadi sangat subur sangat cocok untuk digunakan perladangan.
Kerajaan Sunda adalah sebuah negara yang umumnya hidup dari pertanian terutama dari perladangan. Terbukti dari ditemukanya sejumlah sumber-sumber berita baik tertulis maupun lisan yang terdapat di masyarakat maupun di buku-buku simpanan pribadi maupun umum. Di antara sumber itu yang paling terkenal dan dominan membahas mengenai masyarakat Sunda khususnya, yaitu terdapat dalam cerita parahyangan. Pada umumnya manusia ladang bertempat tinggal di ladangnya masing-masing, sehingga mereka hidup terpencil dari peladang lain yang menjadi tetangganya.
E.    Sistem kepercayaan
Agama dan budaya yang berkembang Sunda pada awalnya adalah keyakinan animisme yaitu percaya kepada roh-roh nenek moyang yang dipercaya merupakan dewa-dewa yang berpengaruh dalam kehidupan mereka, kemudian kepercayaan hindu Budha masuk pada masa kerajaan Sunda dan pada akhirnya kepercayaan agama islam pun masuk pada masa kemunduran kerajaan hindu Budha baik di Sunda maupun di seluruh tanah Jawa. Pengaruh hindu ini rupanya cukup kuat, sehingga di dalam naskah sawakandarma yang juga disebut serat dewabuda  yang berasal dari tahun 1357 kasa atau 1435 M, masih kita temukan nama-nama para dewa agama hindu seperti Brahma, Wisnu, dan lain-lain




            Kesimpulan


            Secara garis besar pemerintahan kerajaan Sunda dapat dibedakan dua macam pemimpin. Pertama, pemimpin yang bertugas mengelola Negara dan rakyatnya. Mereka disebut tohaan, ratu, raja, haji, maharaja serta para pembantunya seperti patih, mangkubumi, mantri, wado. Kedua,pemimpin yang mengurus wilayah dan kegiatan keagamaan, mereka disebut rajaresi, bagawat resi.

            Kemudian dalam organisasi sosial, Ketika sebagian sawah itu dibagi-bagikan hak miliknya kepada kerabat sultan dan pejabat kesultanan Banten, maka ikatan  hubungan dengan para petani sehubungan dengan tanah garapanya diperluas dengan para pemilik tanah yang baru, dan hal itu dapat dikatakan sebagai organisasi sosial antara pemilik tanah dan penggarap.

            Dalam sistem perekonomian yang paling banyak berperan dalam keberlangsungan perekonomian masyarakat kerajaan Sunda ialah masyarakat petani dan pedagang yaitu dengan memiliki enam pelabuhan sehingga perdaganganpun memilliki peran peting dalam keberlangsungan ekonomi masyarakat kerajaan.

            Sistem kepercayaan masyarakat Sunda pada saat itu masih banyak yang menganut ajaran hindu Budha dan kepercayaan animisme dan kemudian islam masuk ketika kerjaan Sunda telah diduduki oleh kerajaan islam di tanah Sunda.


Daftar pustaka








Jumat, 29 November 2013

PERADABAN MASYARAKAT ROMAWI / THE ROMAN CIVILIZATION



 
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
 
 
 
 
 
BAB I
PENDAHULUAN
 
 
A.    LATAR BELAKANG
Peradaban merupakan sebuah kebudayaan yang telah mengalami kemajuan dalam berbagai bidang di antaranya dalam bidang perekonimian, sistem dan teknologi. Sebuah peradaban biasanya tidak terlepas dari bidang keagamaan yang kebanyakan menjadi corak sebuah peradaban namun tidak seperti bidang lainya, keagamaan umumnya tidak mengalami perubahan secara signifikan, karena itu merupakan keyakinan ala hati setiap manusia yang terkait dalam peradaban tertentu.
Dalam siklus lingkaran pada umumnya, sebuah peradaban akan mengalami masa kemunculan, perkembangan dan kehancuran dan kemudian digantikan oleh peradaban lain  ialah  Romawi merupakan sebuah kota yang selalu di sandingkan dengan Yunani, yang mempunyai hubungan erat antara kedua kota ini. Romawi ialah peradaban dunia yang letaknya terpusat di kota Romawi masa kini. Peradaban Romawi dikembangkan Suku Latia yang menetap di lembah Sungai Tiber. Suku Latia menamakan tempat tinggal mereka ‘Latium’. Latium merupakan kawasan lembah pegunungan yang tanahnya baik untuk pertanian. Penduduk Latium kemudian disebut bangsa Latin. Pada mulanya, di daerah Latium inilah bangsa Latin hidup dan berkembang serta menghasilkan peradaban yang tinggi nilainya. 
            Kota Romawi yang menjadi pusat kebudayaan mereka terletak di muara sungai Tiber. Waktu berdirinya Kota Romawi yang yang terletak di lembah Sungai Tiber tidak diketahui secara pasti. Orang-orang Romawi memiliki kepercayaan terhadap dewa-dewa, seperti orang-orang di Yunani. Hanya saja dewa-dewa di romawi berbeda dengan di Yunani.
Sebelum itu, sekira tahun 492, Daerah Latium sebagai tempat berdirinya kota Roma dikuasai oleh kerajaan Etruskia, yang terletak disebelah utaranya sampai pada tahun 500 SM. Pada tahun 500 SM bangsa Latium memberontak terhadap kerajaan Etruskia dan berhasil memerdekaan diri serta mendirikan negara sendiri yang berbentuk republik. Maka sejak itu, Roma menjadi republik dan kepala negaranya disebut konsul yang dipilih setiap tahun sekali. Konsul selain menjadi penguasa negara juga ketua senat dan panglima besar.
 
 
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Dimana letak Romawi ?
2.      Bagaimana sistem Pemerintahannya?
3.      Bagaimana sistem perekonomianya ?
4.      Bagaimana sistem kebudayaan masyarakatnya ?
5.      Bagaimana sistem pendidikanya ?
6.      Bagaimana sistem kepercayaannya?
7.      Apa saja peninggalan Budaya Romawi?

BAB II
PEMBAHASAN
  
A.        LETAK GEOGRAFIS ROMAWI
            Romawi terletak di Semenanjung Alpenina (sekarang Italia). Batas – batasnya adalah di sebelah utara adalah Pegunungan Alpen, dan di timur adalah Laut Adriatik dan Laut Ionia, sedangkan di selatan adalah Laut Sicilia,  serta di barat adalah Laut Tirenia serta Laut Liguri.
           Dari segi geografis, Romawi merupakan daerah yang strategi di kawasan laut tengah, yang memungkinkan lahirnya perdagangan di daerah ini. Saat akan berdagang mereka menggunakan peta yang di gambarkan di gulungan kertas (Graham :2002 :19). Lembah pegunungan Apenina merupakan lahan subur dan dan cocok dijadikan sebagai lahan pertanian (Moniarti :2002 : 37).  Oleh karena itu, Bangsa Romawi hidup dari bercocok tanam menghasilkan gandum, jagung, anggur, dll. Di pegunungan Alpenina juga ditemukan berbagai tambang mineral.Karena letak Romawi yang di kelilingi Lautan dan gunung juga menghindari serbuan dari bangsa lain.
           Menurut mitos, Romawi kuno didirikan oleh 2 saudara keturunan Aenas dari Yunani yaitu,  Remmus dan Romulus pada abad 8 SM ditepi sungai tiber.  Peradaban Romawi Kuno Banyak mendapat pengaruh dari Yunani Kuno baik dalam bidang seni, sastra, filsafat, maupun budaya, seperti tradisi Etruscan yang seperti alfabet yang dipelajari dari peradaban yunani, kemudian bangsa roma mengembangkannya menjadi alfabet yang dikenal sekarang
 
B.          SISTEM PEMERINTAHAN ROMAWI
            Secara garis besar sejarah Romawi kuno dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.      Periode Kerajaan (750-510 SM) yaitu Zaman ketika seorang raja didampingi oleh senate (wakil dari para suku di sekitar Roma).
            Pada mulanya Romawi berbentuk kerajaan (Monarkhi)dengan rajanya yang pertama adalah Romulus. Raja-raja Romawi ini berasal dari keturunan pendatang yaitu bangsa Etruska yang memerintah penduduk asli sebelumnya yaitu suku bangsa Latin. Meskipun di bidang ekonomi kerajaan Roma mengalami perkembangan namun bangsa Latin merasa tidak senang terhadap penguasa asing yang mengenakan undang-undang militer kepada mereka. Terjadilah pemberontakan penduduk Roma yang berhasil menggulingkan raja Tarquin yang sombong sebagai raja terakhir Romawi pada tahun 509 SM dipimpin oleh Lucius Junius Brutus.
 
2.      Periode Republik (510-31 SM) yaitu Zaman Ketika Roma tumbuh dari negara kota kecil menjadi republik yang luas.
Ketika Republik Romawi pertama kali didirkan pada 500 SM, raja diganti oleh dua orang yang disebut konsul, sedangkan senat tetap ada. Perempuan tidak diperbolehkan menjadi konsul. Provinsi di Republik Romawi dikelola oleh mantan konsul dan praetor, yang dipilih untuk masa jabatan satu tahun dan memperoleh imperium, "hak memimpin" (Clifford :2010 :179)
Kedua konsul memegang kendali atas pasukan, berhak menyatakan perang, menentukan jumlah pajak, dan membuat hukum. Suatu keputusan harus disetujui oleh kedua konsul, jika salah seorang mengatakan “veto” (aku tolak), maka keputusan tidak jadi dilaksanakan. Konsul dibantu oleh senat sebagai dewan penasihat. Senat terdiri dari keluarga-keluarga kaya di Romawi.
Disamping itu ada majelis permusyawaratan rakyat, yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil bangsawan dan rakyat jelata, akan tetapi tidak besarlah kekuatan majelis itu, oleh karena di antara golongan rakyat jelata itu banyak yang kaya dan maju, mereka meminta hak-hak yang lebih luas. Ketika permintaan ditolak golongan rakyat jelata bersiap-siap meninggalkan kota Romawi untuk mendidrikan kota baru. Goongan bangsawan yang takut akan mundurnya kota roma bila ditinggalkan oeh rakyat jelata terpaksa memberi hak-hak pada mereka (Wirjosuparto :1956 :106)
Perempuan tidak diperbolehkan menjadi anggota senat. Jabatan senator (anggota senat) merupakan jabatan seumur hidup. Kebanyakan konsul pada akhirnya bergabung dengan senat, dan kebanyakan senator memiliki ayah atau kakek yang dulunya juga menjabat di senat. Para konsul sering melaksanakan apa yang diusulkan oleh senat. Ada juga prefek di Romawi, mereka bertugas mengurusi kota, beberapa mengadili kasus, beberapa yang lainnya mengatur pasar atau pelabuhan. Selain itu, ada Tribunus, yaitu orang-orang di senat yang mewakili rakyat miskin. Tribunus dipilih oleh Majelis.
Tribunus berhak memveto keputusan senat yang berkenaan dengan rakyat miskin. Sementara Majelis adalah kumpulan yang terdiri dari para pria dewasa dan merdeka di Romawi. Mereka berhak memberikan suara jika dimintai oleh konsul, mislnya harus pergi berperang atau tidak. Majelis juga memilih konsul, prefek, dan senator. Namun Majelis sudah diatur sedemikian rupa sehingga orang kaya bisa lebih bnyak memilih daripada orang miskin. Baik prefek, Tribunus, atau Majelis hanya boleh diisi oleh laki-laki.
          Setelah Romawi menaklukan berbagai daerah yang jauh dari kota Romawi, mereka pun menerapkan sistem provinsi. Setiap provinsi dipimpin oleh gubernur. Gubernur memegang kendali atas pasukan di provinsinya. Gubernur biasanya berasal dari kalangan jenderal. Menjelang tahun 50 SM, yakni masanya Julius Caesar(meminpin di tahun 49 SM dan mati di tikam setelah lima tahun kemudian)(Ame :2003 :22) jendral-jenderal ini mulai mengambil alih pemerintahan dan mengabaikan senat serta konsul. Mereka bisa melakukannya karena memiliki pasukan. Augustus, pada 31 SM. Adalah salah satu jenderal ini, dia berhasil mendirikan suatu sistem baru, lembaga senat dan jabatan konsul tetap disteruskan, namun Augustus menjadikan dirinya memiliki kekuasaan tertinggi sehingga Augustus bisa memveto keputusan senat yang tidak dia sukai. Augustus juga memegang kendali atas pasukan sehingga dia bisa menyingkirkan orang yang menghalangi jalannya. Sistem ini.
3.       Periode Kekaisaran (31 SM-476 M) yaitu Zaman Berkuasanya monarki (Moniarti :2002 :37-38)
           Yaitu Romawi dipimpin oleh kaisar namun senat dan konsul tetap ada, terus berjalan selama 1500 tahun. Pengumpulan harta kekayaan oleh sejumlah kecil orang melalui komando atas provinsi merupakan suatu faktor penting dalam peralihan Romawi dari republik menjadi kekaisaran autokrasi (Nicolet :- :115). Kekuasaan Kaisar (atas imperiumnya), paling tidak secara teori, adalah berdasarkan kekuasaannya sebagai Tribunus (potestas tribunicia). Kekaisaran romawi juga merupakan periode pasca-Republik peradaban Romawi kuno, ditandai dengan bentuk pemerintahan otokrasi dan wilayah kekuasaan yang lebih luas di Eropa dan sekitar Mediterania.
Pada akhir dari kekaisaran bangsa  Romawi dibagi menjadi dua bagian pada masa Theodosius yaitu Romawi barat dan Romawi timur. Negeri Romawi barat dengan ibu kota yang jatuh di tangan Honorius (Wirjosuparto :1956 :116). Dan runtuh yang di akibatkan oleh korup, lemahnya militer  dan serangan dari perbatasan terutama inggris utara, jerman utara dan daerah yang dekat dengan laut hitam (Peny :2008 : 43) Sedangkan Romawi bagian timur dengan ibu kota Konstantinopel yang diberikan kepada putra sulung Arcadius (Wirjosuparto :1956 :116). Romawi Timur terus berlanjut hingga Abad Pertengahan sebagai Kekaisaran Bizantium, yang pada akhirnya runtuh pada tahun 1453 dengan meninggalnya Konstantinus XI dan penaklukan Konstantinopel oleh Turki Utsmaniyah yang dipimpin oleh Mehmed II (Asimov : 1989: 198).
 
 
 
C.     SISTEM MASYARAKAT ROMAWI
1.      Kebudayaan masyarakat Romawi
            Kebudayaan Romawi mendapat unsur-unsur pokok dari kebudayaan Etrusia dan Yunani. Hal ini berarti kebudayaan Romawi merupakan hasil perpaduan dari kebudayaan yunani dan Etrusia, tanapa ada unsur-unsur dari kebudayaan Romawi sendiri.
Pada masa Octavianus, orang-orang Romawi melihat sesuatu dari sudut kegunaannya. Pandangan hidup bangsa Romawi ini memberikan warna pada kehidupan agama. Tepatlah apa yang diungkapkan oleh Cicero, bahwa agama bagi mereka bukan untuk mendidik manusia kepada kebajikan, melainkan manusia sehat dan kaya. Dengan pandangan hidup yang praktis ini menjadi ciri utama orang-orang Romawi.
Dalam lapangan ilmu pengetahuan, bangsa Romawi bukanlah pencipta teori-teori, tetapi pelaksana teori yang telah ada sejak zaman Yunani. Dengan ini mata rantai jang seakan-akan putus dalam perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tumbuh kembali. Bila sarjana Yunani adalah ahli teori, maka sarjana Romawi adalah ahli praktek.
Masa Octavianus merupakan masa penyempurnaan seni dan budaya Romawi. Pengaruh budaya Yunani mulai masuk dengan kuatnya sejak tahun 146 SM bersamaan dengan usaha bangsa Romawi melakukan penaklukan di Laut Tengah. Selama kekuasaan Romawi, seni Romawi disebarkan ke Eropa dan sekitar Laut Tengah.
Seni Romawi sebenarnya merupakan pencampuran dua unsur seni budaya, yaitu Romawi yang merupakan daerah kekuasaan Etruskia dan seni Yunani. Pada hekakatnya budaya ini bukan berasal dari rakyat biasa melinkan dari golongan bangsawan. Golongan seniman besar, seperti yang terdapat di Yunani di Roma tidak ada. Justru bangsa Romawi mendatangkan seniman-seniman dari Yunani. Oleh karena itu, pengaruh Yunani di Romawi sangat kuat. Politik maupun seni dan budaya Roma di bawah bangsa Etruskia. Dengan begitu seni Romawi pada dasarnya adalah pencampuran unsur-unsur budaya Etruskia dan Yunani yang kemudian menjadi seni budaya baru.
Orang Romawi senang menciptakan sesuatu secara besar-besaran karena mereka suka sesuatu yang megah, mewah, dan monumental, serta menarik perhatian. Semua hasil karya budaya terutama karya seni rupa, baik berupa seni bangunan, seni patung atau relief, maupun seni lukisnya dibuat serba besr, megah, dan penuh hiasan. Orang-orang Romawi menciptakan karya teknik bangunan yang menggumkan, seperti bangunan saluran air (aquaduct), jembatan, gedung besar untuk balai pertemuan dan pasar, bangunan untuk olahraga dan pentas seni (thermen, theater, amphitheater). Selain bangunan diatas, juga terdapat banguan kuil untuk persemayam dewa. Orang Romawi melanjutkan pengetahuan orang Yunani antara lain bangunan dengan kontruksi lengkung untuk membuat ruangan-ruangan menjadi luas.
Bangunan atap kubah untuk pertama kali diciptakan kurang lebih tahun 30 SM untuk bangunan Thermae di Baaie. Mereka juga membangun bangunan umum seperti jalan raya. Jalan raya yang terkenal adalah jalan Via Apia. Rumah-rumah dewa atau kuil yang dibangun memiliki ukuran besar. Kuil-kuil yang berukuran besar tersebut antara lain Tempel Jupiter (abad ke-6 SM), Appolo dan Venus di Roma. Untuk setiap bangunan kuil tersebut di gunakan tinga-tiang penyangga. Batang tiang penyanggga atap menggunakan menggunakan kepala tiang dengan ciri-ciri Yunanni seperti Doria, Ionia, dan Korinthia.
Bangsa Romawi juga ahli dalam pembuatan patung terutama patung setangah dada atau potret. Bentuk wajah dibuat dengan sangat teliti, sedangkan tubuh dan lainnya lebih sederhana. Kecakapan membuat patung ini berhubungan dengan kebiasaan keluarga-keluarga terkemuka bangsa Romawi yang senang membuat patung nenek moyang dalam jumlah banyak dan sangat teliti. Biasanya patung nenak moyang disimpan di rumah dan ditempatkan dalam satu ruangan khusus yang disebut Atrium. Atrium ini juga dilengkapi dengan altar.
Orang-orang Romawi dalam membuat patung memiliki kebiasaan yang sama dengan bangsa Yunani. Dalam membuat patung, orang-orang Romawi selalu mematungkan tokoh-tokoh penguasa, tokoh-tokoh politik, dan cendikiawan. Banyak sekali tokoh penguasa, tokoh politik dan cendikiawan yang dijadikan sebagai latar dalam membuat patung seperti wajah tokoh Julius Caesar, Agustus, Tuchidides, Demostenes, Caracalla, dan lainnya. Gambar wajah para tokoh ini selain dipatungkan juga dilukiskan pada mata uang logam.
Bangsa Romawi juga senang pada keindahan rumahnya. Dinding bagian dalam rumah dihias dengan lukisan untuk memberikan kesan luas. Kegiatan memperindah dinding ini biasa pada dinding rumah dengan cara melukis pemandangan alam dan bangunan-bangunan rumah yang seolah-olah terlihat dari jendela. Kegiatan melukis pada dinding-dinding rumah yang dilakukan oleh orang-orang Romawi ternyata meniru kebiasaan bangsa Yunani. Dengan demikian melukis Cara melukis yang dilakukan oleh orang Romawi memdapat pengaruh basar dari Yunani. Dari seni melukis pada dinding ini banyak ditemukan peninggalan-peninggalan yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat Romawi. Salah satu dari sekian banyak peninggalan kebudayaan ini adalah peninggalan lukisan didinding rumah yang terdapat di Pompeii. Peninggalan lainnya terdapat di Roma yang menggambarkan pengantin perempuan dan teman-temannya sedang mempersiapkan upacara perkawinan. Selain pada dinding rumah, seni lukis juga ditemukan pada mangkuk, jambangan, piring dan tempat bunga.
Bangsa Romawi yang senang membuat bangunan monumental menyebabkan bangsa ini kaya dengan hasil-hasil bangunan berupa monumen dan kuil. Monumen yang dibuat oleh bangsa romawi berupa pintu gerbang kemenangan atau tiang kemenangan. Bangunan monumen ini digunaakn untuk memperingati suatu peristiwa sejarah. Pada banguan monumen itu diberi relief yang menggambarkan peristiwa kemenangan. Peninggalan seni monumen ini terdapat di Roma dan dibeberapa daerah jajahan Romawi.
Perubahan ketatanegaraan Romawi dari republik ke bentuk kekaisaran tidak mengendurkan semangat dan perkembangan budaya orang-orang Roma untuk mendirikan bangunan berupa bangunan monumental. Hanya saja, apabila pada masa republik pendukung seni budaya dilakukan oleh para bangsawan. Namun, setelah menjadi kekaisaran, yang mendukung seni budaya adalah golongan istana. Sejak kaisar Agustus, seni budaya elbih cenderung mejadi seni kuna yang berkiblat pada Yunani.
 
2.      Kekeluargaan masyarakat Romawi
                Dalam keluarga laki-laki tertua dalam keluarga merupakan pemimpin yang memegang otoritas hukum keluarga dalam hal ini ayahlah yang menjadi pemimpin keluarga yang berhak mengatur semua keperluan keluarga termasuk dalam menikahkan anak-anaknya serta yang berkewajiban dalam mengikuti perang (Bentley :2005 :274). Dalam sistem kekeluargaan khusuya pada kalangan elit, pergaulan antara laki-laki dan perempuan lebih banyak dibatasi, hal ini karena adanya kekhawatiran para orangtua apabila anaknya jatuh cinta kepada masyarakat kelas bawah yang akan membuat jeleknya silsilah keturuna bangsawan. Sedangkan pada kalangan kelas bawah pergaulan mereka lebih bebas.
                Walaupun pimpinan keluarga berada di tangan anggota laki-laki yang tertua, namun tidak selamanya dilakukan oleh laki-laki semua terkadang dalam menjalahi kehidupan sehari-hari tidak sedikit wanita masyarakat Romawi ikut andil dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, bahkan terkadang kaum wanita cenderung sangat berpengaruh dalam rumah tangga dan sosial contohnya mereka dapat membantu ketika acara pernikahan, yaitu dengan menghias dan menyiapkan hidangan kemudian dalam kekeluargaan juga, khususnya perempuan ibu rumah tangga ikut mengawasi keuangan keluarga (Bentley :2005 :275).
 
D.    SISTEM PEREKONOMIAN
Pengaruh dari laju perluasan wilayah dan pembebanan hukum adanya pemungutan pajak kepada daerah-daerah yang telah ditaklukan membawa pada kemajuan ekonomi dan perubahan sosial yang menyeluruh dalam peradaban laut tengah (Mideterrania), Jalan yang baik dan prestasi perdagangan yang membanggakan di beberapa wilayah (Bentley :2005 :277) sehingga sangat menguntungkan bagi para pedagang dan membuat perdagangan mengalami kemajuan pesat dalam memperkuat perekonomian bangsa romawi.
Pada dua abad pertamanya, Kekaisaran Romawi mengalami kestabilan dan kemakmuran, sehingga periode tersebut dikenal sebagai Pax Romana ("Kedamaian Romawi"). Romawi ini mencapai wilayah terluasnya di bawah kaisar Trajanus: pada masa pemerintahannya (98 sampai 117 M) Kekaisaran Romawi menguasai kira-kira 6.5 juta km2 (Parker :2010 :2) permukaan tanah. Pada akhir abad ke-3 M, Romawi menderita krisis yang mengancam keberlangsungannya, namun berhasil disatukan kembali dan distabilkan oleh kaisat Aurelianus dan Diokletianus. Umat Kristen bangkit berkuasa pada abad ke-4 ketika pemerintahan ganda dikembangkan di Barat Latin dan Timur Yunani.
   Seperti pada masyarakat  klasik lainya. Pengalaman Peradaban Romawi dalam perkembangan perekonomian dan perubahan sosial sebagai negara yang berkembang sehingga membawa pada wilayah baru ke dalam jaringan komunikasi perdagangan. Produksi pertanian, fondasi ekonomi kerajaan Romawi, juga menjalani transformasi dengan perluasan wilayah dan pertumbuhan perdagangan. Malah panen tanaman apa digunakan langsung oleh masyarakat lokal para pemilik Latifundia berkonsentrasi pada produksi dan ekspor(Bentley :2005 :272).
Pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam spesialisasi perekonomian dan integrasi kerajaan, karena memungkinkan untuk mengimpor biji-bijian dengan harga yang menguntungkan dari tanah yang memiliki rutinitas produksi pertanian yang bersekala luas (Bentley :2005 :273), sehingga memiliki kelebihan hasil pertanian yang mengakibatkan harga jual menjadi murah ketika dijual pada penduduk Romawi. Pada wilayah lain ada yang mengkonsentrasikan pada pengolahan buah-buahan, sayur-sayuran atau pada produksi komoditas yang menghasilkan barang dagang yang lainya.
Dengan kekuatan militer laut yang kuat memungkinkan wilayah laut awan dari anggun perompak, sehingga wilayah laut lebih banyak diminati untuk dijadikan akses perdagangan, selain dianggap jalur laut juga dianggap paling cepat sehingga sektor laut memudahkan masyarakat untuk berdagang. 
                  Meningkatnya kekayaan Romawi semenjak mulai majunya peradaban Romawi merupakan konsekuensi yang penting yang mengakibatkan adanya kelas-kelas sosial baru seperti saudagar, pemilik tanah dan kontraktor (Bentley :2005 :275). Kekayaan ekonomi juga sangat berpengaruh dalam sektor militer yaitu dapat memenuhi segala yang dibutuhkan dan adanya peningkatan gaji yang dapat mendorong kesungguhan para pejuang untuk berlatih.
 
E.     SISTEM PENDIDIKAN
Dalam bidang ilmu pengetahuan bangsa Romawi meneruskan pengetahuan yang telah berkembang pada jaman Yunani kuno. Diantara para ilmuwan Romawi antara lain Galen, ahli dalam bidang obat-obatan, anatomi, dan fisiologi. Lucretius yang mengikuti jejak Epicurus dan berpendapat materi itu terdiri dari atom.
Masyarakat yang pekerjaanya sebagai petani, mereka hanya bisa mendidik anaknya dengan  pendidikan perang dan bertani bagi anak laki-laki dan pendidikan persiapan untuk menjadi ibu rumah tangga bagi perempuan. Namun bagi para bangsawan ataupun orang-orang kaya, mereka mendidik anak-anaknya di sebuah lembaga pendidikan dengan mendapatkan pendidikan ilmu pasti dan bahasa  di mulai pada usia enam tahun dan selesai pada usia sebelas tahun. Bagi para anak laki-laki mereka lebih banyak melanjutkannya utnuk mempelajari sastra Yunani dan sastra Romawi (Benduhn :2007 :13).
Pendidikan sangat diperhatikan yang mengajarkan tentang hukum, bahasa, pengetahuan obat-obatan, berpidato, patriotisme dan pendidikan jasmani sehingga lahirlah istilah “mensana in corporesano”. Dalam pendidikan bangsa Romawi lebih menekankan segi kepraktisan, bukan teori semata. Sumbangan bangsa Romawi di bidang kedokteran dan obat-obatan sangat besar bagi dunia sekarang. Mereka telah menggunakan radas kedokteran.
Adam pendidikan para pengajar memasukan ilmu filsafat sebagai bahan ajar anak-anak Romawi yaitu mengajarkan filsafat Yunani, dan model filsafat yang dipakai juga lebih banyak menggunakan filsafat Plato, dan ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap para pelajar Romawi.
Pengetahuan filsafat Yunani, ajaran Plato yang erat hubunganya dengan sifat kerohanian juga berganti di roma. Karena orang tidak percaya lagi pada kecerdasan otak, seperti yang diajarkan Plato, kebenaran yang sesungguhnya tidak ada ; sebab segala pengetahuan didasarkan atas penyelidikan dengan pancar indera tidak dapat dipercayai, karena Inca indera sendiri tidak sempurna. Maka dari sebab itu, segala kejadian tidak dapat ditentukan dengan pasti, melainkan dengan perkataan : kira-kira (Wirjosuparto :1956 :114).
 
F.      SISTEM KEPERCAYAAN
1.      Kepercayaan politeisme
Bangsa Romawi memiliki banyak dewa, hal ini dosebabkkan setiap kali mereka menaklukan wilayah maka dalam wilayah itu mereka menambahkan dewa baru untuk tanah itu yang mereka anggap sebagai penjaga wilayah itu (Benduhn :2007 :11). Peradaban Romawi juga mendapat pengaruh besar dari peradaban Yunani termasuk kepercayaan yang bersifat Polytheisme. Bangsa Romawi juga menyembah dewa-dewa bangsa Yunani namun namanya disesuaikan dengan nama-nama Romawi (Hegel :2005 :405).
            Mitologi Romawi adalah kumpulan legenda Romawi tentang dewa-dewi Romawi yang berawal dan tersebar melalui tradisi lisan. Mitologi ini memiliki persamaan dengan mitologi Yunani, terutama mengenai mitologi tentang para dewa yang menjaga alam semesta seperti :
a.       Hercules
     Hercules adalah tokoh dalam mitologi Romawi. Dalam mitologi Yunani dia dikenal sebagai Herakles.
b.      Pluto
          Dalam mitologi Romawi, Pluto adalah dewa dunia bawah. Dalam mitologi Yunani dia disebut Hades.
c.       Yupiter
          Dalam mitologi Romawi, Jupiter atau Jove adalah raja para dewa, dan dewa langit dan petir. Dalam mitologi Yunani dia dikenal sebagai Zeus. Ia dipanggil Iuppiter (atau Diespiter) Optimus Maximus ( “Dewa Terbaik dan Terbesar”).
d.      Venus
Venus adalah salah satu yang terkenal dalam sejarah mitologi Romawi. Dewi ini diasosiasikan dengan cinta dan kecantikan, identik dengan Aphrodite dan Etruscan deity Turan dari mitologi Yunani.
e.       Mars
          Dalam mitologi Romawi adalah dewa perang, putra dari Juno dan Jupiter,suami Bellona, dan kekasih Venus. Dia adalah dewa militer yang utama dan disembah oleh legiun Romawi. Dalam mitologi Yunani, Mars dikenal dengan nama Hermes.
f.       Neptunus
Neptunus (bahasa Latin: Neptūnus) adalah dewa air dan laut pada mitologi Romawi, saudara kandung Yupiter dan Pluto. Ia serupa, tetapi tidak sama dengan dewa Poseidon dari Mitologi Yunani (Benduhn :2007 :11).
Dan juga beberapa kepercayaan mengenai roh-roh yang dianggap sebagai dewa seperti: 
a.       Vesta yaitu roh pengurus api tungku.
b.      Lares yaitu roh penjaga rumah tangga dan batas ladang keluarga.
c.       Penates yaitu roh penjaga lumbung 
2.      Kepercayaan agama Mithras
Agama Mitrhas merupakan salah satu agama yang dianut oleh orang-orang Persia. Agama ini merupakan agama yang menggap bahwa matahari adalah dewa terbesar.
Agama ini masuk ke Romawi di bawa oleh orang yang bernama Ardasyir dari keluarga Sasanid yang berhasil megalahkan bangsa Parthawa di Ketsiphon, maka dengan itu berdirilah kerajaan Persia baru di Ketsphon, sehingga secara otomatis agama Mithras-pun berkembang di wilayah itu. Agama Mithras juga merupakan agama yang memberikan kekuasaan terhadap pendetanya.
Agama ini berkembang cukup cepat, hal ini disebabkan karena banyak tentara Romawi yang berasal dari tentara Persia yang memeluk agama Mithras sehingga bertambah kuatlah kedudukanya. Orang-orang yang memeluk agama ini meyakini bahwa dengan jalan upacara rahasia, jiwa mereka apabila telah meninggal akan dapat berkumpul bersama Tuhan(Wirjosuparto :1956 :115).
3.      Kepercayaan agama Nasrani
Pada awalnya agama pemerintah Romawi melarang orang-orang yang memeluk agama Nasrani. Para kaisar Romawi lalu memerintahkan pasukannya untuk menindas penganut agama kristen Karena ajaran agama kristen dapat menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan kaisar. Ajaran tersebut adalah: 
a.       Bersifat monotheisme sedangkan agama Romawi bersifat polytheisme, 
b.      Menolak pendewaan kaisar,
c.       Menolak perbudakan,
d.      Menolak wajib militer dan berperang. 
Salah satu penindasan yang dilakukan oleh para kaisar ialah pada masa Kaisar Nero berkuasa, Ia tega membunuh ibunya sendiri, istrinya juga gurunya dan membakar kota Roma serta menuduh bahwa orang kristenlah yang melakukan perbuatan itu sebagai alasan untuk menganiaya mereka (Moniarti :2002 :39).
Namun ketika masa pemerintahan Constantius, agama kristen mulai diakui oleh pemerintah Romawi.
Raja Constantiantius, yang memberi kemerdekaan kepada orang Nasrani; Adam perjanjian Milan ia memindahkan pusat kerajaan Romawi dari roma ke Byzantium yang sejak itu disebut Konstantinopel, ketika akan meninggal constantiantiu dibaptis menjadi Nasrani  (Wirjosuparto :1956 :115-116).
Setelah lahirnya agama kristen, ditanah Judea yang merupakan wilayah kekaisaran Romawi maka agama yang baru ini mulai berkembang bahkan sampai di Roma sebagai pusat pemerintahan. Penyebaran ke arah barat dilakukan oleh Petrus dan Paulus. Penganut agama kristen semakin banyak terutama dari golongan budak (kaum tertindas). 
Setelah agama kristen ditetapkan sebagai agama negara maka Roma kemudian menjadi pusat agama Roma Katolik dengan pemimpinnya yang disebut Paus serta dibangun gereja yang megah dikenal sebagai gereja Santo Petrus. 
Sebelum orang Nasrani mempunyai kemerdekaan agama. Penghidupanya bersifat komunis. Bila uang kekayaan dibagi rata, masing-masing orang akan sama dan kemakmuaran akan dapat dicapai di dunia. Namun ketika agama mereka sudah diakui oleh pemerintah Romawi, kehidupan  komunis-pun  ditinggalkan dan membantu pemerintahan Romawi untuk mendapatkan banyak uang sehingga dapat memuaskan kehidupan pribadi mereka (Wirjosuparto :1956 :116).
 
G.    PENINGGALAN KEBUDAYAAN
1.       Seni Bangunan
Bangsa Romawi memiliki keahlian yang tinggi dalam bidang seni bangunan-mereka telah menemukan sistem beton sehingga bangunan-bangunan mereka bertahan beberapa abad dan dapat ditemukan bekas-bekasnya sekarang. Peninggalan bangunan-bangunan Romawi itu antara lain:
a.      puluhan kuil yang bertebaran di kota Roma.
b.      Pantheon yaitu rumah dewa bagi bangsa Romawi.
c.       Limes yaitu tembok pertahanan yang panjangnya puluhan kilometer, lebar 2,5 m dan tingginya 6 m.
d.      Amphiteater dan Colloseum yaitu bangunan berbentuk stadion yang dapat menampung ratusan ribu penonton. Bangunan itu berfungsi sebagai tempat untuk pertunjukan hiburan. 
Masyarakat Romawi umumnya menyenangi hiburan. Pertunjukan yang diadakan di Collosium antara lain Chairot yaitu kereta perang yang ditarik oleh beberapa ekor kuda. Gladiator yaitu perkelahian antara manusia dengan manusia atau manusia dengan binatang buas, ini terjadi pada tahun 75 M. (Penny :2008 :41) seperti pada :
a.       Circus Maximus untuk pertunjukan hiburan sirkus.
b.      Forum Romanum yaitu gedung pemerintahan.
c.       Cloaca Maxima adalah saluran pengairan untuk menyalurkan kelebihan air hujan yang hingga sekarang terpelihara dengan baik.
d.      Aquaduk yaitu bangunan saluran air bersih. Bangunan fisik yang dibangun oleh Romawi memiliki multi fungsi contoh: jalan raya di atas untuk mempercepat gerakan tentara dari pusat ke daerah sedangkan di bawahnya untuk keperluan irigasi. Salah satu jalan raya yang kuat yaitu Via Apia yang masih terpelihara hingga sekarang.
Salin dari itu bangsa Romawi juga membuat jalan raya yang dulunya merupakan jalan pedesaan yang kecil, contohnya yang ada di Foss Way, East anglia, London ke Chester dan yang lain-lainya (Sutrisno :2002 :5-6 ).
 
2.      Seni Sastra
Pada awalnya perkembangan karya sastra Romawi mendapat pengaruh yang kuat dari Yunani namun berangsur-angsur karya mereka menampakkan ciri khas Romawi.  Selain penulisan buku Aeneis karangan Vergelius dan karya Yulius Caesar berjudul De Bello Gallica masih banyak karya sastra yang dihasilkan oleh para pujangga Romawi kuno. Antara lain:
a.       Horatius dengan karyanya berjudul Oda
b.      Livius, seorang sejarahwan yang menulis buku berjudul Magnum Opus
c.       Lucretuis, seorang filsuf dan penyair. Yang mengembangkan ajaran filsuf Yunani terkenal yaitu Epi Curuc karyanya berjudul Hukum alam ditulis dalam bentuk puisi yang mengupas materi itu terdiri dari atom dan beberapa Lucretius lain diantaranya adalah :
1)      Ovidius menghasilkan karya sastra berjudul Metamorphoses.
2)      Cicero yang ahli pidato corator dan memperoleh gelar “Bapak Prosa Latin”.
3)      Quintilianus, seorang Orator terkenal dan guru retotika karya utamanya berjudul Institutio Oratorio menjadi buku pelajaran baku pidato Latin.
4)      Seneca seorang penulis dan pengacara, hasil karyanya disebut Dialog. Ia adalah guru kaisar Nero.
 
3.      Ilmu Pengetahuan
            Pada masa peradaban bangsa Romawi telah ditemukan berbagai alat bantu kedokteran seperti Radas kedokteran. Radas kedokteran tersebut ditemukan di Pompeii, salah satu diantara 200 perkakas kedokteran untuk memeriksa bagian dalam ibu yang mengandung. Radas yang disebut spekulum ini menyerupai radas yang digunakan zaman sekarang.
           Pada Zama Romawi juga sudah di kenal katrol yang di gunakan sebagai alat untuk menaikkan air yang di gunakan untuk keperluan irigasi, yang menggunakan kombinasi 16 Roda air di dekat Aries, di daerah dekat Prancis (Sutrisno :2002 :5)
 
Selain itu para dokter Romawi  pada masa itu telah berhasil melakukan operasi gondok, amandel, dan batu ginjal. Para dokter berhasil menolong kelahiran seorang bayi yang tidak dapat dilahirkan secara normal yang disebut operasi caesar (disebut demikian karena pertama kali untuk melahirkan Yulius Caesar). Dengan banyaknya penemuan-penemuan di bidang kedokteran khususnya, hal ini banyak dibuktikan dengan banyaknya istilah-istilah kedokteran sekarang yang menggunakan bahasa Latin.
4.      Pemerintahan, Militer dan Hukum
Tata pemerintahan Romawi tersusun rapi yang dijalankan dengan beberapa sendi sebagai berikut :
a.       pemerintahan sentralisasi, berpusat pada kaisar.
b.      pelaksanaan ketertiban dan keamanan secara ketat.
c.       komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah terpelihara dengan baik didukung oleh sarana dan prasarana yang baik.
d.      Hirarki dimulai di imperium-pretectur-dioceses-propinsi untuk mempertahankan kekuasaan atas wilayah yang sangat luas ditempuh siasat devide et impera yang kemudian banyak ditiru oleh bangsa-bangsa modern yang melakukan penjajahan contohnya Belanda di Indonesia.
e.       Bangsa Romawi mampu mengorganisir kekuatan militernya dengan rapi. Istilah-istilah yang digunakan itu masih dikenal dalam dunia militer hingga sekarang misalnya legiun, devisi, kavaleri, infantri dan lain-lain. Semangat bela negara yang disebut patria protesta ditanamkan sedini mungklin terhadap warga negaranya. Istilah tersebut berkembang menjadi kata patriot yang Anda kenal di Indonesia. 
f.       Di bidang hukum bangsa Romawi memberikan sumbangan yang besar dalam menegakkan keadilan. Konsep bahwa semua orang sama di depan hukum serta adanya asas praduga tak bersalah telah dikembangkan pada hukum Romawi kuno. Hukum Romawi adil dan manusiawi. Hukum Romawi berkembang melalui proses sejarah yang panjang sejak pertengahan abad 5 SM sampai lahirnya kitab hukum masa kaisar Yustinianus abad 6 masehi. Kaisar Yustinianus mengkodifikasikan (membukukan) hukum-hukum Romawi dari kaisar-kaisar yang memerintah sebelumnya. Kodifikasi hukum itu disebut Corpus Yuris atau Codex Yustinianus. Codex berisi kumpulan hukum dasar atau konstitusi sejak jaman Theodosius. Selain Codex ada Pandect yaitu kumpulan pendapat para ahli hukum. Codex Yustinianus dijadikan dasar penyusunan Codex Napoleon yang dikembangkan lebih lanjut menjadi hukum modern hingga sekarang.
BAB III
PENUTUP
 
 KESIMPULAN
Romawi Kuno adalah sebuah peradaban yang tumbuh dari negara-kota Roma yang didirikan di Semenanjung Italia di sekitar abad ke-9 SM. Romawi terletak di Semenanjung Alpenina (sekarang Italia). Lembah pegunungan Apenina merupakan lahan subur dan dan cocok dijadikan sebagai lahan pertanian.
Peradaban Romawi terletak di negara Italia yang beribu kota di Roma. Menurut kepercayaan. Ketika kerajaan Romawi berdiri, kepercayaan masyarakat masih bersifat animism, kemudian berkembang menjadi kepercayaan politheisme dan menjadi agama Kristen.
Sistem perekonomian Romawi sangat mengutamakan pada sektor pertanian dan perdagangan, karena merupakan sektor yang paling menguntungkan dengan memanfaatkan wilayah yang sangat luas sehingga memudahkan para pedagang untuk melakukan perdagangan dengan jaringan perdagangan yang sangat luas.
Pada dua abad pertama kekaisaran Romawi mengalami kemajuan ekonomi yang sangat pesat sehingga tingkat kemakmuranpun sangat tinggi. Periode ini dikenal sebagai periode Pax Romana.
Masyarakat Romawi mendidik anak mereka sesuai dengan kemampuan di bidang finansial mereka. Bagi masyarakat elit mereka memasukan anaknya ke lembaga pendidikan pada usia enam sampai sebelas tahun.
Kebudayaan Romawi mendapat unsur-unsur pokok dari kebudayaan Etrusia dan Yunani. Hal ini berarti kebudayaan Romawi merupakan hasil perpaduan dari kebudayaan yunani dan Etrusia, tanapa ada unsur-unsur dari kebudayaan Romawi sendiri
Seni yang berkembang pada masyarakat Romawi merupakan percampuran dua corak kesenian yaitu seni Romawi dan Yunani, hal ini disebabkan karena adanya para bangsawan yang banyak memanggil para seniman Yunani untuk berkarya di tempatnya baik untuk keperluan bangsawan itu sendiri maupun untuk keperluan pendidikan.
Dalam sistem kebudayaan masyarakat, keluarga merupakan sub sosial yang terkecil, dalam keluarga dipimpin oleh anggota laki-laki tertua dalam hal ini adalah ayah. Seorang bapak keluarga  berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan yang menentukan pernikahan anaknya.
Peninggalan kebudayaan Romawi antara lain bangunan-bangunan Romawi seperti,  uluhan kuil yang bertebaran di kota Roma, Pantheon yaitu rumah dewa bagi bangsa Romawi, Limes, Amphiteater dan Colloseum. Kemudian dalam ilmu pengetahuan masyarakat Romawi telah banyak ditemukan teknologi sebagai alat bantu dalam keperluan kesehatan maupun aktivitas sehari-hari.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Anne Marshal,. 2003. Era Bangsa-bangsa di dunia. -: Pakar Raya
Asimov, Isaac. Asimo’v Chronology of The World Harper Collins
Beduhn, Tea. 2007. Life long ago Ancient Rome. Pleasantville : Early Learning Library
Bentley, Jerry H. 2005. Tradition and Encounters. Cetakan ke III California : Mc Graw Hill
Clifford, Ando,. (2010). The Administration of the Provinces, dalam A Companion to the Roman Empire. Blackwell
Eddy, Sutrisno dkk. 2002. Buku pintar kisah penemuan sepanjang zaman. Jakarta : Transfortasi Inovasi
Graham, Bateman. 2002. library of congress cataloging in publication data. Hongkong: Andromeda oxfort limited
Hegel,G.W.F.2005.Filsafat sejarah. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Moniarti Rika.2002. sejarah peradaban kuno. Bandung : Mitra sarana
Nicolet, Claude. (1991). Space, Geography, and Politics in the Early Roman Empire. Michigan: University of Michigan Press, terjemahan dari edisi asli berbahasa Prancis 1988
Parker, Philip. 2010. The Empire stop here. Liverpool : Pimilco
Penny ,Clarke. 2008. Dunia sejarah singkat. Yogyakarta: Golden Books
Wirjosuparto,R.M Sutjipto. 1956. Buku pelajaran Sedjarah dunia Jakarta cetakan III Jakarta : Balai pustaka